Translate
Minggu, 29 November 2015
a message
...
Jika ini sebuah pilihan, manakah yang engkau pilih.
Antara pria yang baik atau pria jahat.
Pria jahat memaksamu,
Memilih seperti ini, terasing
Bertahan bersama, tetapi tidak mengobral rindu.
Sampai waktunya tiba pada sebenar-benarnya pilihan.
Karena, pria ini tak mau dinilai baik, karena itu sebuah penghinaan.
Pria baik, bertindak pasrah, selalu mengalah.
Pria baik akan selalu menjadi idola, mempesona, semu.
Lalu dihadiahi, "terima kasih, kamu baik skali".
Akan dilupakan semudah ditinggalkan.
Lalu manakah yang sanggup melakukan perubahan?
Bukannya kitab-kitab sastra dihuni oleh gambaran pria jahat?
Pecinta yang siap hidup terasing, menolak mengalah terhadap pilihannya.
Menolak realitas semu yang tak punya makna.
Hidup berkesan memalukan, tapi tak ingin terhina.
Karena rasa adalah hakikat pencipta.
...
I will live with you. in a place.
That am not missing you, and all thing will kind for us.
I dont know its real or not real,
But I hope, we can build our future there.
We talking endless, we build something,
We hunt anything..
We grow, we sing and dance, we just make it.
Lets dreaming.
And if we die tomorrow,
we will remember that we had a million dreams.
And if we grow old and not united,
We will remember, in a past time we dreamed about peacefully world,
Thats our story.
Thanks for inspiring me, feels like true man.
I'm completed with you.
...
Kamis, 27 Agustus 2015
PERENCANAAN ALTERNATIF BANGUNAN PENGAMAN PANTAI NAMROLE KAB. BURU SELATAN - MALUKU
Muhammad
Aldin 1), Muh. Arsyad Thaha2), Mukhsan Putra Hatta3)
1)Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas
Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Makassar 90245 – email : aldindjapari@gmail.com, 2,3) Dosen Pembimbing
Laboratorium Riset Teknik Pantai Jurusan Sipil Fakultas Teknik UNHAS
ABSTRAK
Pantai Namrole terletak di
Kecamatan Namrole Kabupaten Buru Selatan. Pantai Namrole selain terkenal sebagai daerah wisata juga
merupakan daerah
nelayan/perikanan yang cukup terkenal. Jumlah penduduk di pulau
ini terus berkembang. Dengan perkembangan penduduk ini,
maka berbagai kegiatan
dialihkan ke daerah pantai. Kondisi daerah pantainya memiliki
potensi untuk wisata alam. Potensi pengembangan lahan
pantai Namrole baik pada
perairan pantai maupun pada perairan lepas pantai belum terlihat
adanya pemanfaatan secara khusus.
Sejalan dengan makin berkembangnya daerah ini berbagai
permasalahan mulai timbul,
antara lain penempatan lahan permukiman, bangunan pemerintah/swasta, rumah ibadat, dan
lainnya semakin dekat dengan garis pantai
sehingga terancam oleh gelombang laut dan erosi pantai.Terjadinya erosi pantai selain disebabkan adanya
perubahan garis pantai akibat erosi juga disebabkan pemukiman yang ada terlalu
dekat dengan pantai dimana
sempadan pantai sebagai daerah penyangga (buffer
zone) belum
direncanakan sehingga pada saat musim gelombang, permukiman
tersebut berada dalam jangkauan limpasan gelombang laut (wave run-up).
Oleh karena itu permasalahan yang akan ditinjau meliputi peninjauan
karakteristik daerah pantai
tersebut dan memfungsikan sempadan pantai serta bangunan pengaman
pantai yang sesuai untuk membuat alternatif
desain pengaman pantai
Kota Namrole.. Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan untuk
mendesain bangunan pelindung pantai yang tepat. Analisa data primer berupa
survey topografi dan batimetri dilakukan untuk pemutakhiran detail wilayah
studi, tunggang pasang surut yang diperoleh sebesar (MHWL-MLWL) sebesar 170.8
cm, dan tinggi BM1 dari MSL sebesar 2.46 meter.Hasil investigasi tanah
diperloeh butir sedimen rata-rata d50 sebesar 2,075 mm.Untuk data sekunder
berupa data angin 10 tahun terakhir diperoleh dari stasiun metereologi
Pattimura Ambon, yang selanjutnya dengan metode Hindcasting diperoleh peramalan
gelombang rencana 10 tahun dengan tinggi 4,062 m dari arah Barat Daya. Hasil
analisis pemilihan bangunan pantai dilakukan dengan metode studi alternatif dan
pemodelan bangunan pantai dengan bantuan aplikasi CEDAS-NEMOS, dari beberapa
model bangunan pantai yang dimodelkan, maka dipilih Seawall sebagai bangunan
pelindung pantai dengan karakteristik desain kedalaman kaki diujung bangunan
0,5 m, tinggi gelombang pecah diujung bangunan 0,4 m, elevasi seawall 2,8 MSL
dan diameter minimun batu pelindung kaki bangunan sebesar 22 cm.
Selasa, 13 Januari 2015
Island Hopping : Komodo National Park (bagian 2)
Lepas dari dermaga Loh Liang, birunya langit tak lagi menemani dipagi menjelang siang itu. Silih berganti kelabu menggantung, memayungi kapal yang menggaris perairan Taman Nasional Komodo. Sesuai agenda, paket tour selanjutnya adalah Pantai Pink dan Pantai Bidadari yang berada di gugusan pulau taman nasional. Sembari menanti kapal berlabuh kembali, teman-teman mempersiapkan alat snorkling yang tersedia di gudang kapal, ataupun alat dasar yang dibawa sendiri. Tidak banyak yang begitu menarik disepanjang perjalanan selain menyaksikan punggungan gunung yang muncul ke permukaan laut, berjejer massif dan tandus. Saya dari dek kapal justru menatap tajam pusaran air ditengah laut, fenomena ini banyak kita temukan di perairan Komodo, daerah selat yang merupakan tempat pertemuan arus dari laut Aussie dan laut Banda. Dari letak geografis ini kemudian agenda kapal tidak bisa seenaknya berbolak balik sepanjang waktu, kata Bachtiar sang Pemilik kapal, perhitungan akan kondisi arus permukaan harus tepat sehingga kita tidak terjebak dalam ombak dan pusaran air yang bisa mengancam nyawa. Tidak jarang bahkan kapal yang terbilang nekad diperairan ini ditelan ganasnya laut perairan ini. Sekali lagi pesan yang diberikan oleh alam, justru dibalik keganasan alamiah terbaring indah lembutnya belaian sang pencipta. Taman Nasional Komodo adalah bukti ke-maha cantiknya Sang Penguasa Alam.
- Pantai Pink dan Pantai Bidadari
Sensasi bermain air di pantai ini memang sangat dianjurkan, hamparan karang mendominasi, mulai dari soft dan hard coral menghiasi kontur bawah laut yang berbentuk slope. Namun saat-saat musim barat, seperti waktu ini, kayuhan fin (kaki katak) yang kita gunakan harus bekerja ekstra, arus permukaan disekitaran area snorkling cukup kuat. Mata para awak kapal mengawasi waktu dan juga teman-teman yang menkmati pesona bawah laut ini. Beningnya air, ikan-ikan menari diantara karang yang sepoi melambai, akkh surga. Dengan tenang, kuatur tempo nafasku, melemaskan badan dipermukaan, melambatkan denyut jantung dan taaakk, siapa yang tahan untuk tidak berenang bersama penghuni-penghuni surga itu. Selebihnya sulit saya mendeskripsikan karang dan ikan-ikan yang berwarna-warni itu, sepertinya kita sepakat jika hal seperti ini tidak akan sepadan antara yang diceritakan dengan suasana aslinya.
Selepas dari pantai Pink, pelayaran dilanjutkan ke pantai Bidadari, masih dengan agenda snorkling. Secara kasat mata, pantai Bidadari tidak secantik namanya, mungkin karena pengaruh musim juga sampai garis pantai tidak sebersih di pantai sebelumnya. Menurut penuturan para awak kapal, hampir keseluruhan pantai yang bisa dikunjungi merupakan area terumbu karang, tidak sedikit pula pantai-pantai itu di privatisasi oleh bule' asing. Satu-satunya alat pembuktian yang menegaskan cerita ini adalah dengan gambar kamera dengan kualitas jauh dari standar profesional. Walaupun begitu, bukan berarti melunturkan segala kenangan, bukan?
- Pantai Pink dan Pantai Bidadari
Seperti namanya, pantai Pink (Pink Beach) adalah daerah pertemuan antara laut dan daratan yang dibatasi pasir yang bergradasi merah keputihan. Merahnya pasir ini disebabkan dari campuran mineral dan biogenik karang merah (Tubipora Musica) yang mati dan mengendap di pantai. Terbilang jarang ditemukan, inilah yang menjadi magnet bagi wisatawan di tempat ini.
Kapal ini pun akhirnya merapat, tali tambang dilempar dan kemudian awak kapal mengikatnya di pelampung tak jauh dari bibir pantai, jangkar harus berada ditempatnya tidak boleh dibuang karena dapat merusak karang, ini keren pikirku. Satu persatu kawan mulai melapisi kaca masker dengan odol atau anti fogging, memasang snorkle dan menyiapkan fin, agenda utama dipantai ini adalah snorkling, menjelajah kemilau karang yang terpantul oleh biasan sinar matahari yang bersinar sendu. Untuk berjaga bagi yang tidak pandai berenang, sebagian teman memakai pelampung, hal seperti ini juga dianjurkan bagi yang masih belajar snorkling sekedar berjaga untuk tidak merusak karang karena kayuhan fin atau menginjaknya langsung.
Sensasi bermain air di pantai ini memang sangat dianjurkan, hamparan karang mendominasi, mulai dari soft dan hard coral menghiasi kontur bawah laut yang berbentuk slope. Namun saat-saat musim barat, seperti waktu ini, kayuhan fin (kaki katak) yang kita gunakan harus bekerja ekstra, arus permukaan disekitaran area snorkling cukup kuat. Mata para awak kapal mengawasi waktu dan juga teman-teman yang menkmati pesona bawah laut ini. Beningnya air, ikan-ikan menari diantara karang yang sepoi melambai, akkh surga. Dengan tenang, kuatur tempo nafasku, melemaskan badan dipermukaan, melambatkan denyut jantung dan taaakk, siapa yang tahan untuk tidak berenang bersama penghuni-penghuni surga itu. Selebihnya sulit saya mendeskripsikan karang dan ikan-ikan yang berwarna-warni itu, sepertinya kita sepakat jika hal seperti ini tidak akan sepadan antara yang diceritakan dengan suasana aslinya.
Selepas dari pantai Pink, pelayaran dilanjutkan ke pantai Bidadari, masih dengan agenda snorkling. Secara kasat mata, pantai Bidadari tidak secantik namanya, mungkin karena pengaruh musim juga sampai garis pantai tidak sebersih di pantai sebelumnya. Menurut penuturan para awak kapal, hampir keseluruhan pantai yang bisa dikunjungi merupakan area terumbu karang, tidak sedikit pula pantai-pantai itu di privatisasi oleh bule' asing. Satu-satunya alat pembuktian yang menegaskan cerita ini adalah dengan gambar kamera dengan kualitas jauh dari standar profesional. Walaupun begitu, bukan berarti melunturkan segala kenangan, bukan?
Perjalanan itu menguras energi, tapi sulit mencari alasan untuk menghentikannya. Inilah candu, candu bertualang. Menjelajahi gugusan Kepulauan Taman Nasional Komodo sangat tidak mungkin dalam kurun waktu sehari saja, namun keterbatasan waktu yang menghentikan langkah ini. Sebentar malam kapal besi menanti untuk mengantarkan pulang kekampung halaman. Pulau Kanawa, Pulau Padar, Diving Spot adalah tiga hal yang mengganjilkan perjalanan ini. Harapan itu berlalu seiring cahaya lampu Labuan Bajo kabur di pandangan mata.
Perjalanan mengajarkan saya sulit untuk menyangsikan segala fakta alamiah yang membentang di jagad pandangan ini. Jika dari semua ini mengajarkan kesyukuran, maka tiada alasan bagi kita untuk membagikannya.
Semoga seterusnya demikian.
Semoga seterusnya demikian.
Langganan:
Postingan (Atom)