Translate

Minggu, 12 Januari 2014

#SparklingMB MAUMERE - SIKKA

Irama musik alam..
Merdu tiada kira..
Segarkan hati dan pikiran..
Merapatkan setiap bulir rahasia...

- Terjebak dalam hutan belantara menuju Maumere.
Selepas perbatasan Larantuka - Maumere, kita akan menemukan sebuah pasar tradisional (sistem hari pasar diberlakukan), setelah melewati kawasan gunung api. Sepanjang jalan terlihat bahwa daerah ini begitu subur. Warganya yang ramah, melontarkan senyum, atau sekedar melontarkan pertanyaan. Pasar tradisional itu hanya terlewatkan, ada niat sih mencari tenunan khas, namun menurut informasi, di kota selanjutnya kita bahkan bisa menyaksikan bibi (sapaan untuk ibu-ibu) menenun aksesoris khas daerah. Kembali tim dipecah untuk efektifitas memperoleh tumpangan. Saya selalu memilih menjadi tim yang terakhir, hanya sekedar untuk lebih menikmati suasana. Beberapa buah nenas, hasil pemberian warga menjadi cemilan saat menunggu tumpangan menuju Maumere. Beberapa pick-up melintas, ada pengangkut ikan, pengangkut sapi, bahkan ada yang pengangkut babi (kita sudah diperingatkan keras oleh supir). Hari semakin sore, dan akhirnya sebuah pick-up kosong siap mengantarkan kami menuju gathering selanjutnya yaitu Pasar Ikan Geliting - Maumere. Yang terekam sangat jelas di perjalanan adalah kebun kelapa milik warga. Selepas pegunungan, berjejeran rapi pohon-pohon kelapa penghasil kopra. Sangat luas dan banyak, sayangnya tidak ada satupun yang terekam kamera, mobil tumpangan melaju dengan kecepatan tinggi saat itu. Selain perkebunan kopra dipinggir pantai menuju Maumere, kita juga akan menemukan beberapa sawah dan savana. Yah, sepertinya tidak salah mengatakan bahwa Flores ternyata daerah subur. :)



- Pasar Ikan Geliting.
Dengan berucap syukur dan terima kasih kepada supir tumpangan, akhirnya tim terakhir tiba di pasar ikan Geliting, 10-an km sebelum memasuki kota Maumere. Terletak di pinggir pesisir pantai, dan aktivitas pasar (bukan hanya tempat menjual ikan, namun lebih kepada situasi pasar pada umumnya), ada keramaian yang asing. Satu hal yang menjadi perhatian adalah bibi-bibi disini kebanyakan memakai sarung tenun untuk beraktivitas luar rumah. Penikmat sirih dan pinang juga masih banyak, dibandingkan dikampungku yang mulai tegerus arus modernisasi malah sirih-pinang mulai ditinggalkan. Tapi bukan berarti di Maumere ini juga belum terbelakang, namun saya kira beberapa warganya masih enggan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang terwariskan turun temurun. Hasil gathering dengan seluruh peserta, tim akhirnya memilih menginap disini. Tim cowok yang berjumlah tujuh orang akan menginap di masjid yang menghadap ke pantai (asyik), sedangkan yang cewek dibagi kerumah pak imam masjid dan keluarga kak Yanti. Di teras masjid, dan suara desiran ombak yang menghantam sea wall  dimalam sebelum tidur kita sempatkan untuk berkumpul (briefing) untuk mengevaluasi aktivitas hari ini dan untuk merencanakan kegiatan hari esok. Seorang penjaga masjid, Ibrahim, menemani bercerita malam itu. Ternyata dia berasal dari pulau Besar, di seberang pulau yang terlihat dari tempat ini. Datang untuk bersekolah katanya, juga berkat bimbingan pak imam masjid. Senang juga rasanya berkenalan dengan Ibrahim, pemuda Flores yang setidaknya berharap besar melalui pendidikan, sedari dini sudah mandiri, inilah hidup ! Sehabis bercerita, om Ron mulai bersantai di kantong tidur gantungnya, tak ketinggalan saya memilih di kursi karet, mencoba meresapi makna perjalanan ini, tak ada bintang, hanya angin kencang dan ombak yang menggulung menjawab segala jawaban keraguan hati. Tiba-tiba aku merasa ada rindu yang liar, kunikmati saja. Lalu malam pun merambat turun sampai akhirnya saya terbangunkan oleh shalawat masjid pertanda subuh mulai menjelang. Disaat yang lainnya tertidur selesai shalat Subuh, saya Om Ron, dan Faisal mengejar sun-rise, menyusuri pesisir pantai, melihat tumpukan sampah dan surutnya air menampakkan wajah karang-karang yang rusak. Selama kawu sodara (selamat pagi sahabat) :).



- Tanjung Kajawulu, Fotogenik Area.
Ada kenikmatan double pagi itu, sepulang mencari kopi asli dipasar, niatnya menyeduh kopi sendiri, ternyata kita sudah disuguhi teh dari tetangga masjid, ada lagi panggilan sarapan dari rumah pak imam, waduh jadi nggak enak. Hehe. Kita memang backpacker, tapi bukan selalu mengharap kebaikan orang bukan? tapi rejeki jangan ditolak lah. Irit bukan berarti segalanya harus gratis, tetapi meminimkan pengeluaran yang nggak perlu. thats the point. Pada intinya, apapun itu, mesti disyukuri karena semua orang punya hasrat berbuat baik. Setelah semuanya bersiap, pukul 8.30 Wita tim akhirnya berangkat menuju salah satu spot wisata terbaik Maumere, Tanjung Kajawulu, 30-an km dari pasar Geliting. Untuk menghemat pengeluaran kami menyewa pick-up dari toko bahan bangunan, teman perjalanan yang juga teman kuliah, Reza menjadi supir untuk perjalanan ini, karena memang cuma dia yang memiliki SIM. Hahaa
Tanjung Kajawulu adalah wilayah pesisir Maumere, akses mudah dari kota, jalannya mulus dan tidak ribet menuju kesana. Sulit mengungkapkan pesona pemandangan dari spot Tanjung Kajawulu. Jalanan yang menikung, bukit-bukit savana, pesisir pantai yang lautnya hijau menyerupai cangkang kerang (bikin gak nahan buat berenang), relief batu cadas yang menahan gulungan ombak, Keren pokoknya. Maka dari itu, menurut pandangan personal, dari semua lokasi yang dikunjungi tim #SparklingMB jelajah Flores, tempat inilah yang paling fotogenik. :)


landscape photos by Yani Rahman


Sementara itu, disaat yang lainnya asyik berenang, saya malah menaiki bukit savana bersama Reza, dan Faisal. Ratusan anak tangga menjulang keatas bukit, dan di puncaknya terdapat patung salib, landmark area ini. Mungkin saja tempat ini semacam area peribadatan. Namun sekilas dari jauh, tempat ini malah seperti kuburan dengan salib sebagai nisan. Amazing ! view pemandangan dari tempat ini sangat mengagumkan. Saatnya untuk mengabadikan..Saatnya ambil gaya.. Hahaha
























Semenjak pertengahan tahun 2012, saya menaruh perhatian besar terhadap underwater, semacam kecanduan begitu. Siapa juga sih yang tidak tertarik dengan hal yang menakjubkan. Meskipun cuma beberapa area yang disisir pas snorkeling kemarin, beberapa teman sukses mengambil foto karang yang ada. Tidak terlalu banyak karang yang bagus didaerah ini, kabanyakan malah hancur, entahlah. Tapi lumayan bikin puas. Ombaknya dan pasir putihnya juga keren :)


Underwater Tanjung Kajawulu


Kurang dari 12 jam lagi momentum pergantian tahun diperingati. Karena daerah Flores mayoritasnya beragama Nasrani, tim agak sulit untuk memperoleh tumpangan hari itu. Sementara rencana semalam, kita harus merayakan malam pergantian tahun di Desa Moni, yang berada di ketinggian Kelimutu, kabupaten Ende.

Thanks to :
- Penjawab segala keraguan, pemilik segala kebenaran, penguasa segalanya - Allah SWT
- Makassar Backpacker : @mksbackpacker
- Floresian, tekhusus keluarga kak Yanti , pak Imam Masjid :
- all crew #SparklingMB - Eksplore the Extraordinary FLORES

- gambar tambahan bisa diakses di www.instagram.com/aldjapari gunakan hastag #visitFlores #SparklingMB
- cerita lainnya di blog om RON :)

(tulisan ini dibuat tanpa googling, mohon maaf jika ada perbedaan pandangan, murni kesalahan subjektif penulis)

Kamis, 09 Januari 2014

#SparklingMB ; LARANTUKA - FLORES TIMUR

Aku inginkan saja hidupku tanpa batas..
Berpikir dan berkehendak bebas..
Dan berharap kutemui diriku dalam setiap perjalanan...

Banyak yang tidak begitu mengenal Nusa Tenggara, sebagai orang yang jarang nonton berita, mengenalnya pun karena pemberitaan media soal daerah timur yang sering kekurangan gizi. Awalnya iseng ikut gathering even Makassar Backpacker, Sparkling Fireflies : Jelajah Nusa Tenggara Timur - Nusa Tenggara Barat, tapi akhirnya beneran saya adalah bagian dari 15 peserta (awalnya konfirmasi 19 orang) kegiatan yg ber-hastag #SparklingMB ini. Setelah mendengarkan seperti apa perencanaan dari leader kegiatan kak Yanthi Idar, proses pra-kegiatan pun dimulai; pencarian dana, browsing destinasi dan perkenalan sesama anggota tim. Peminat semakin bertambah, namun menjelang sebaliknya, ada juga yang membatalkan diri ikut karena cuaca ekstrim disebabkan musim angin barat (bahkan menurut informasi, ada peringatan buat kapal2 yang melintas di perairan Nusa Tenggara).

Hari yang direncanakan telah tiba. Destinasi dipersempit karena batasan biaya (estimasi 700rb) dan waktu ( 28 Desember 2013 - 6 Januari 2014) yakni dari Larantuka ; Flores Timur - Pulau Komodo ; Nusa Tenggara Timur bagian Barat. Tulisan ini sebagian besarnya adalah catatan perjalanan, begitu banyak situs wisata yang tidak sempat di-eksplore.


  • LARANTUKA - FLORES TIMUR
Naik kapal Pelni dari pelabuhan Makassar ke Larantuka via KM. Sirimau membutuhkan waktu 26 jam. Yah, namanya juga backpacker, memanfaatkan potensi diri untuk meminimalkan pengeluaran dan mengefektifkan tujuan situs wisata yang ingin dicapai. Padahal bandar udara ada di kota ini!.. Senja mengantarkan tim #SparklingMB menuju daratan Flores, kapal memasuki kawasan teluk, lampu kota Larantuka mulai terlihat dari kejauhan. Waktu menunjukkan pukul tujuh malam kala KM. Sirimau bersandar di pelabuhan Larantuka.Seperti situasi pelabuhan pada umumnya, desakan dan desahan penumpang, penjemput dan buruh pelabuhan begitu mudah dicitrakan indera.

Menyaksikan bocah Flores bermain bola didepan rumah tempat tim menginap adalah pemandangan baru. Rambut keriting, potongan wajah yang hampir mirip semua (hhe), tampang pemalu namun energik. Saya pribadi iri melihat permainan individu mereka, bisa dipastikan tim saya kalah jika bertanding dengan bocah-bocah itu. Namun ada yang unik dari permainan sepakbola itu, bola dianggap 'gol' apabila terkena tiang atau mistar gawang. Lain dari biasanya kan?? Yah, suasana keakraban mulai terasa, sebelum melanjutkan perjalanan, tim menyempatkan diri berfoto dengan bocah pesepakbola di Goang Girak Arena lembah gunung Ile Mandiri Larantuka. Saya pun optimis, jika bocah-bocah ini adalah energi sepakbola negeri di masa yang akan datang. :)



Larantuka adalah kawasan religius umat Katolik. Landmark tempat ini pun kebanyakan ikon-ikon religi, seperti Gereja Kathedral, Patung Mater Dolorosa di kawasan Taman Doa, di perjalanan kami pun menyaksikan ada Patung Yesus di sebuah pulau tak jauh dari pantai, dan mengarah ke terminal kota di simpang tiga juga terdapat patung bunda Maria. Seperti yang terlihat, Larantuka adalah kawasan pesisir, menurut saya sistem tata kota cukup baik, pengelolaan ruang terbuka hijau juga nampak. Disepanjang pantai kearah menuju keluar kota taman-taman dikelola dengan baik, rumputnya menghijau, pohonnya tertata, marka jalannya jelas dan baru. Namun yang tidak mengenakkan hati sebagai pendatang adalah sulit beradaptasi dengan dialek Flores, kadang emosi memuncak karena warga memanggil seperti meneriaki pencuri. Manalagi Nong (panggilan buat pemuda pria) sering menarik perhatian dengan dobel gas motor, tampang preman-lah, haha kalah bersaing saya. Psikologi jelas terganggu. Tapi inilah tantangan buat tim #SparklingMB , beradaptasi dengan dialek dan tata kehidupan masyarakat Flores.




Taman Doa MATER DOLOROSA adalah situs yang menjadi persinggahan tim sebelum melanjutkan perjalanan ke Maumere, ibukota Kabupaten Sikka. Situasi taman doa itu bersih dan terawat, lilin bekas peribadatan juga masih berbekas di setiap pos taman doa. Situs ini kelihatannya seperti ibadah berkelanjutan, ada 11 pos ibadah, kemudian ada patung Yesus tersalib, sesudahnya ada patung Mater Dolorosa, diseberang ada Gereja. Karena saya muslim dan pada saat itu tidak ada warga yang bisa dimintai informasi, saya hanya menganalogikan seperti pendakian gunung; ada pos yang harus dilewati dan ada puncak yang ingin dikunjungi. Di setiap Pos taman doa, terdapat gambar atau lukisan bertinta emas yang menggambarkan perjalanan kehidupan Yesus. Puncaknya ada di patung Yesus dan Mater Dolorosa. Bahkan disekitar patung Mater Dolorosa ada semacam lubang khusus yang dibuat dengan tujuan tertentu. Wah, keren!. Saya yakin, di setiap perayaan-perayaan umat Kristiani tempat ini memegang peranan penting sebagai sarana peribadatan warga kota Larantuka. Yah, saya hanya membayangkan kesakralan tempat ini dipenuhi cahaya lilin dan orang-orang berdoa seperti sedang melakukan sebuah perjalanan.

Tim akhirnya memperoleh tumpangan pick-up ke Terminal luar kota Larantuka, sambil menunggu tumpangan selanjutnya dengan metode hitchhiking, hujan mulai turun. Untungnya ada warung makan disekitar jalan poros itu, maklumlah, makanan halal dan murah adalah barang langka di pulau ini. Tumblr diisi penuh, mantel dikeluarkan, pokoknya harus sampai ke Maumere hari ini juga. Untuk mengefektifkan tumpangan, tim dibagi menjadi tiga. Hal ini harus dilakukan, mengingat jumlah peserta ada 15 orang. Kecemasan mulai melanda, suasana hari natal dan menjelang tahun baru ternyata  berpengaruh terhadap lalu lintas antar kota. Supir kebanyakan libur. Sembari menunggu truk atau pick-up kosong yang ingin memberikan tumpangan, mengakrabkan diri dengan warga adalah jalan untuk memperoleh petunjuk dan informasi yang dibutuhkan. Dan benar saja, salah seorang warga bersedia membantu menghubungi temannya, supir truk yang bisa mengantarkan sekitar 20km menuju perbatasan kota. Cek per cek, ternyata warga tadi adalah lulusan perguruan tinggi di Makassar, hahaa, serasa ada ikatan karena beliau pernah juga berstatus perantau pendidikan. Truk dinanti akhirnya tiba, setelah pamitan kepada beliau yang sedikit banyaknya ada kemiripan dengan ketua KPK, Abraham Samad, perjalanan dilanjutkan dengan truk pengangkut pasir menuju perbatasan Larantuka - Maumere.

Siapa yang mengira, ternyata tim kecil kedua berada 1 km didepan dan belum memperoleh tumpangan. Truk berhenti memungut tim kedua tadi (kita akan mulai akrab dengan kata memungut, di catatan perjalanan ini -hehe). Aroma petualangan semakin terasa, disuguhi pemandangan teluk dan pulau-pulau yang bertaburan, buah jambu mete yang mulai ranum dengan mudahnya kita temukan disepanjang jalan. Ada sensasi tersendiri, disaat semua paradigma masyarakat bahwa tidak ada sesuatu yang gratis, mulai saat ini kalian boleh tidak percaya. Bersahabatlah dengan alam, berbaurlah dengan masyarakat. Pelajari adat istiadat. Nusantara yang agung, aku membelai-mu..



Thanks to :
- Penjawab segala keraguan, pemilik segala kebenaran, penguasa segalanya - Allah SWT
- @mksbackpacker
- Floresian, tekhusus temannya kak Yanti..
- all crew #SparklingMB - Eksplore the Extraordinary FLORES

- gambar tambahan bisa diakses di www.instagram.com/aldjapari gunakan hastag #visitFlores #SparklingMB
- info > @KotaLarantuka
- cerita lainnya bisa diakses di blog Om RON :)

(tulisan ini dibuat tanpa googling, mohon maaf jika ada perbedaan pandangan, kesalahan subjektif penulis)