Translate

Minggu, 27 Mei 2012

Dalamnya Dalam


Segala sesuatu, pasti punya penjelasan.bisa kita mulai dari Air yang bergerak sampai kenapa benda itu melayang. Dari yang bentuknya fisik sampai metafisik, mulai dari definisi sampai makna kiasan, ungkapan atau idiom. Dan yang selalu menarik untuk diceritakan adalah soal rasa, karena memang orang lebih senang bercerita tentang dirinya  ketimbang mendengarkan keluhan orang lain, karena begitulah kita manusia butuh apresiasi,butuh perhatian. Dan mungkin alasan itulah ilmu psikologi semakin diminati saat ini, karena robot tak bisa menjelaskan perasaan.

Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah,
Aada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di wiraza,
Ttapi aku ingin menghabiskan waktu ku disisi mu sayang ku….
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mandala wangi..
..... (masih tentang dalamnya samudra pikiran Soe Hok Gie)

Berbicara hakikat bukanlah soal yang penting, darimana semuanya berasal, menurutku, seperti itulah paradigma publik di jaman maya ini. Lebih mementingkan citra ketimbang substansi. Jaman hidup barbar jilid globalisasi telah lahir. Sedikit waktu untuk membicarakan “kita” atau tentang “mereka” yang perlu kita perhatikan. Sedikit benar, pria-pria kita dibesarkan oleh game, sedangkan para wanitanya sibuk ber-korea-grafi, sinetron jadi patron gaya, keduanya melupakan seperti apa keringat itu sebenarnya. Substansi masih bisa diperdebatkan, tapi jangan sampai kata yang mencari makna.

Segumpal script tadi terpajang di kelabat2 terang dikepalaku.  

Belum lagi kita membahas, seperti apa sesuatu yang bersyarat itu, atau dalam pengertian lain ‘yang menginginkan’, atau juga bisa disebut ‘ungkapan kodrati’, atau dalam script lain juga disebut ‘persaudaraan’..
Semua masih bisa diperdebatkan.. (asal tidak ada justifikasi kalau tidak ada pengertian sempurna mengenai hal itu, dan kita hindari kesan mendikte)..
Dan kita mengulangi perdebatan klasik 2500 tahun yang lalu...

Senin, 21 Mei 2012

The Dream Land (2) Pucuk Tille

Kemarin lagi browsing cari-cari tempat pendakian ketinggian rendah di sekitaran Makassar, yang jalurnya mudah, santai, tapi mampu membuat mimpi2 baru disana. Banyak referensi (dengar2 dari yg sudah berpengalaman), buka google, cari tempat yang dimaksud, dan beritanya 0 (nol). Jadi cuma sekedar sharing info sj buat teman2 yang punya hobi mencari ketenangan, tapi tidak menguras energi terlalu banyak, alternatifnya bisa disini.

Lokasi : Pucuk Tille (1270 Mdpl), Ds. Tille, Kecamatan Pujananting, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.
Lama Perjalanan : Makassar - Barru - Ds. Tille (sekitar 110 KM) = 3 jam perjalanan naik motor.
          Ds. Tille (sekitar 800 Mdpl) - Lembah Cero-Ceroe (sekitar 1100 Mdpl) = 2,5 jam berjalan kaki.  
          Lembah Cero-Ceroe - Pucuk Tille = 40 Menit jalan kaki..
Area Camp : ada banyak tempat untuk ngecamp di lembah Cero-Ceroe, karena rupanya seperti padang golf di   pegunungan, bahkan menurutku, 1000 tenda bisa muat ditempat ini, apalagi akses untuk mendapatkan air sangat mudah. Sumber air diperkirakan berjarak tiap 100 m. Bisa dipakailah untuk semacam kegiatan bumi perkemahan. Yang perlu dikhawatirkan hanya angin kencang yang bertiup. maklum area terbuka yang sepandangnya menyajikan pesisir laut Barru itu. Seperti itulah.  Disarankan untuk tidak camp di puncak, mengingat angin kencang yang datang tak tentu.

Tidak terlalu tinggi, tidak terlalul lama, dan cocok memang untuk santai (rong).

Berikut gambar2 di lokasi.


Lembah Cero-Ceroe (1)


Lembah Cero-Ceroe (2) tampak dari Pucuk Tille

Boleh kan? Tampak Bagian Timur

Tampak Bagian Selatan


Siluetx bolehlah.


Berbagi waktu dengan alam, kau akan tau siapa dirimu yang sebenarnya...
(Eross-Okta : GIE)




Jumat, 11 Mei 2012

What is the big picture?

Ada sebuah panggung sandiwara. Yang di isi seorang narator, pelakon, dan crew. Cerita ini nantinya akan dipertontonkan kepada seluruh jagad raya. Maka persiapan pun dilakukan, jauh sebelum waktu kejadiannya, harapannya kemudian, cerita itu akan mampu memberikan sesuatu kepada penikmatnya.

Berawal dari sebuah ide, tentang realitas kekinian, cerita pun mulai dibuat, tanpa meninggalkan nilai-nilai yang sudah harga mati dijaga sedari dulu. Keringat dibawah hujan, satu persatu semuanya diramu, diolah sedemikian sehingga harapan yg tadi dapat terwujud. (Semoga tak ada yang luput; hati yang bertanya)

kemudian,

Pementasan selesai.
Semua ribut.
Di tengah jalan, ada yang ditabrak rupanya.
(apakah ada yang luput; hati yang kecewa)
(bukan! ini jelas bukan barang salah, cuma kitalah yang menjadi korban peradaban)

Sama seperti mereka, kami pun tak ingin sempurna..
(karena mungkin berat jika selalu berpikir benar, tapi belum tentu baik; hati yang galau)

Cuma ini yang bisa kukutip sementara dari sandiwara itu
.........menumbuhkan jiwa-jiwa pembaharuan, dibawah naungan panji-panji persatuan...............

Terima kasih karena kau mengajarkan kami sebuah eksistensi pembaharuan...
Semoga aku salah, setelah melihat kalian setelah hari ini,,,

Selasa, 08 Mei 2012

Panggung Lawakan

Menurutku sangat tidak pantas seperti yang tadi...
Seperti panggung lawakan.. Semoga hanya kesengajaan, dan saya salah menanggapi...

Apa yang menjadi landasan kita sebenarnya.. apakah substansi, atau esensi?

Substansi dan esensi memang hampir sama kalau kita tidak teliti kawan...
Sebaik rencana, harus lah ber-substansi tetapi tidak melupakan esensi... esensi hanyalah pertimbangan konvensional...
substansi adalah yang mengatur kita secara sadar... untuk itulah kita berpikir...
bahwa budaya kita sebenarnya, adalah diri kita... yang kemarin hanyalah patron, dan sekali lagi, kita lah budaya itu sendiri..

karena kita yang menentuka siapa kita sebenarnya...