Translate

Sabtu, 26 Juli 2014

Island Hopping : Komodo National Park

"Karena kami percaya, seperti halnya matahari, Indonesia ini akan terbit dari timur"
 - Ramya Prajna

Senja mengantarkan, untuk tiba di destinasi terakhir trip jelajah Flores awal tahun ini. Mengarungi perjalanan dari Bajawa ke Labuan Bajo dengan menumpang truk, pick up dan sesekali menggunakan jasa angkut adalah ciri khas dalam catatan perjalanan ini. Dari perjalanan panjang setelah mengunjungi desa adat Bena di Bajawa, fisik beradu diantara deru mesin yang menggiring kami menuju sekelumit pandang keindahan sang raksasa tertidur, Indonesia. Ada perasaan haru, saat melintas di pertigaan menuju kampung adat Waerebo, harapan untuk melangkahkan kaki dibatasi oleh estimasi waktu dalam petualangan terbatas ini. Disela musim penghujan di bulan Januari, pandangan menatap lurus, mencari ujung dari daratan Flores.



Labuan Bajo adalah kota diujung daratan sebelah barat pulau Flores. Kota ini sekilas nampak pertumbuhan dan perkembangan sebagai gerbang pariwisata unggulan. Bagaimaa tidak, Labuan Bajo memiliki pelabuhan strategis, bandar udara, dan sejumlah bangunan penunjang pariwisata lainnya Sisa spanduk dan banner-banner Sail Komodo tahun 2013 kemarin masih nampak jelas di pelupuk mata. Satu hal yang membanggakan di daerah ini adalah sebagian besar masyarakat sadar sebagai bagian dari konservasi daerah pariwisata. Sebagai kota pesisir, Labuan Bajo adalah akses utama untuk memasuki Taman Nasional Komodo. Hari sudah malam, ketika truk tumpangan memasuki kawasan pelabuhan. Beberapa teman seperjalanan sudah menunggu di kapal sewaan yang akan mengantarkan kami seharian menyeberang ke beberapa destinasi utama di TN. Komodo.

Matahari mulai mengintip ketika saya terbangun oleng di bilik kamar kapal. Teman-teman yang lain sudah heboh dengan pemandangan menakjubkan diluar sana. Deretan pulau-pulau berbukit hijau berderet mengelilingi. Pagi itu, kemudi kapal mengantarkan ke destinasi pertama, Loh Liang (Pulau Komodo). Sedikit getir begitu menyaksikan pertemuan arus di jalur pelayaran kapal, pusaran arus menjadi pemandangan yang tak terelakkan pagi itu. Namun tak perlu kuatir, briefing semalam dengan awak kapal sudah memprediksikan hal ini tejadi, yah kita harus maklum, karena saat itu bertepatan dengan angin musim barat.


- Loh Liang (Pulau Komodo)

Kurang lebih empat jam berlayar dari Labuan Bajo, kapal akhirnya berlabuh di pelabuhan Taman Nasional Komodo. Pemandangan pun semakin menggoda, hamparan karang yang bersembunyi dibalik beningnya air terlihat jelas bahkan didaerah pelabuhan sekali pun. Cuaca cukup menyengat saat menyusuri dermaga menuju pintu gerbang Komodo. Ada dua pulau yang kemudian menjadi habitat asli Komodo, Loh Liang (pulau Komodo) dan Loh Buaya (pulau Rinca). Populasi terbanyak berada di pulau Komodo ini. Dengan kontur yang berbukit, penjelajahan Komodo dibagi dalam beberapa paket trip. Ada short trek, medium, long dan adventure trek. Memilihnya pun sesuai kebutuhan, semakin jauh trek yang anda ambil, tentunya durasi perjalanan juga semakin lama. Cuma, di adventure dan long trek, ada dapat berfoto di puncak bukit dengan backround Taman Nasional Komodo. Setelah menyelesaikan administrasi, paket yang kami pilih hari itu medium, mengingat waktu kunjungan kami hanya sehari di TN. Komodo ini. Dengan didampingi Ranger (petugas pendamping saat tour), perasaan was-was sekaligus penasaran ingin melihat binatang purba endemik membuat kami harus betul-betul memperhatikan saat mendengarkan ceramah dari sang Ranger.


Tour pun dimulai dengan didampingi tiga orang ranger dengan senjata kayu yang ujungnya bercabang, kabarnya si dragon Komodo tidak senang dengan senjata-senjata milik ranger ini. Menyusuri jalur trekking di Taman Nasional Komodo ini tidaklah begitu susah, tidak begitu landai sepenuhnya. Membelah kesunyian hutan, mencari jejak sang Komodo biarpun didalam hati tetap awas jika suatu saat berjumpa langsung. Sebenarnya bukan hanya Komodo binatang endemik yang ada di daerah ini, wilayah konservasi ini dihuni ratusan spesies burung, babi hutan, tumbuhan purba, dan entahlah yang tempo hari dijelaskan sang power Ranger. Perjalanan sudah sampai di tengah tour ketika kami menjumpai bukit luas yang dinamakan Sulphurea Hill, sepanjang jalan sebelumnya belum ada satu pun Komodo yang menampakkan batang hidungnya. Mengobati rasa kecewa ini, pemandangan di Bukit ini menjadi momentum untuk mengabadikan gambar dengan latar belakang laut TNK. Namun disanubari ada rasa kuatir, akankah nanti  bisa bertemu si Naga buas itu?

Di akhir tour, kita akan melewati daerah muara yang memisahkan kawasan konservasi pariwisata dengan rumah penduduk di kawasan taman nasional ini. Gembira bukan kepalang, ketika sang ranger memberi kode untuk tidak membuat gerakan tiba-tiba, jejak cengkraman kaki Komodo tampak baru dijalur trekking, sang Naga belum juga menampakkan hidungnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat bertemu Komodo liar ini yang terpenting adalah jangan membuat gerakan tiba-tiba, sang Naga biasanya akan respon menyerang ketika pengunjung melakukan tindakan ini. Selain itu, hindari gantungan yang melambai, konon kabarnya untuk menjaga kepunahan Komodo, di tahun 1990-an, binatang-binatang ganas ini diberi makan secara periodik, dengan daging yang menggantung dan melambai. Lambat laun karena seringnya diberi makan, Komodo-Komodo ini mulai malas berburu dan mulai menyerang warga. Gigitan Komodo sifatnya mematikan, bakteri yang terkandung dalam air liurnya dapat membunuh seketika. Dan parahnya lagi, jika tergigit Komodo, pasien harus diterbangkan ke Bali untuk mendapatkan perawatan maksimum. Gawat juga ternyata. Itulah sebabnya, kedisiplinan pengunjung merupakan kunci untuk tetap menjaga keselamatan di wilayah konservasi ini.

Mencari Komodo melalui jalur trekking tidaklah mudah, buktinya saat kami menyusuri medium trekking tidak mendapatkan satu batang pun Komodo di alam bebas. Bahkan kabarnya, terkadang ada wisatawan yang pulang dengan tangan kosong, tidak ada buruan piksel sama sekali. Di akhir perjalanan, tepatnya di dekat dapur, barulah kami menemukan kumpulan Komodo malas yang sedang asik berjemur. Yah hampir satu jam berburu Komodo di jalur trek, ternyata dapatnya di tempat penangkaran ini. Tapi itu adalah kesyukuran yang laur biasa dibanding tidak menemukan seekor Komodo pun untuk mengobati rasa penasaran. Dengan mematuhi segala aturan yang dijelaskan sebelumnya, sang naga kini berjalan di pelupuk mata..


Pengembangan TN. Komodo terbilang rapi, dan wajar saja dikatakan men'dunia'. Mungkin benar dikelola secara profesional. Sangat jarang kita menemukan ada sampah, jalur trekking yang aman, bapak-bapak Ranger yang ramah, serta pengelolaan tata ruang bangunan yang tepat. Pasar souvenir, pondok-pondok untuk beristirahat dipesisir pantai, serta landmark yang bersih dan terawat sangat elok untuk sekedar diabadikan.

Matahari mulai meninggi, ketika kapal lepas dari dermaga Loh Liang, sejuta pesona memantapkan keindahan negeri, sang Naga kini dalam dekapan kamera. :)


Tim SparklingMB, Makassar Backpacker


bersambung....



Ps :
- thanks for RAW pic : Rahmayani Rahman
- guide tour Subadli

Tidak ada komentar:

Posting Komentar