Translate

Selasa, 19 Juni 2012

Mungkinkah semua tanya kau yang jawab?

apa kabar kau sang hantu yang dulunya selalu datang dan seolah2 menagih janji-janji yg terdahulu pula?
apa kabar kau semesta yg tak mempunyai sentrum pergerakan bintang?
apa kabar kau tuts keyboard yg menari-nari dikala orang lain sdh menikmati mimpinya?
apa kabar kau sang pembawa berita, layaknya Mikail menabur kesenangan surgawi?
apa kabar kau madilog, yang konon di perasingan barulah kau hidup dgn sarat komunismu?
apa kabar kau sang pena keadilan, yang kadang menemani semalaman suntuk?
apa kabar kau panritta?
apa kabar kau yang bisu, yg hanya bisa memberi nilai tentang kejadian di hadapanmu tpi tak sanggup melupakannya?

apa kabar dirimu?
tidak semua pertanyaan dijawab tidak

Kamis, 07 Juni 2012

kertas kusut di tong sampah


identitas apa lagi yang perlu dibanggakan saat ini?

kita semua terjebak dalam situasi menyenangkan nan dilematis.

parahnya pergerakan pun atau contohnya berdemonstrasi, kini dianggap pembicaraan tabu. bulan2 dimana dahulunya ramai di setiap pintu-pintu kampus kini lengang berganti spanduk2 kegiatan yang 'wow' krena tempatnya di tempat-tempat elit dan pasti mahal.

ruang diskusi diganti game center.
studio dijadikan tempat bermain kartu.
wanita-wanitanya sibuk bergosip film korea yang kemarin ditonton.

para dosen pun sibuk mencari mahasiswanya krena cuma separuh yg hadir dalam kuliahnya. dan juga sebagian dosen malah perlu diajari etika itu apa sama juga dengan mahasiswanya, belum lagi dosen dan mahasiswa kompakan hadir pas menjelang final. dan sebagian mahasiswax lagi sibuk merebut simpati dosen agar dapat nilai A. hingga akhirnya kita dididik untuk bermental buruh, tak ada inovasi, daya nalar, apalagi kritis. itu yang mulai hilang. kader militan apalagi ...

dan sebagian lagi, mencoba menuangkan gagasan dalam sebuah tulisan, seperti yang juga selalu kucoba lakukan saat ini. miskin inspirasi, sketsa tulisan pun berakhir di tong sampah, terlalu khawatir dibilang jelek atau malah dibilangi curhat, alay dan sebagainya, melunturkan citra idealis menurutnya.

Lalu ada juga yg sementara membahas persoalan kelembagaan, masyarakat bahkan soal kebangsaan. tapi, larinya kekiri dan kekanan karena tidak berdasar dan terarah. atau malah berdebat panjang (dikatakan radikal tidak juga, malah kadang hanya persoalan semantik) giliran aksi "tena kebajikan" "no action" tersangkar dalam menara gadinya. terlalu melangit, tapi tidak membumi.


Itulah potret zamanku.
zaman yang kubenci tapi juga sebenarnya menyenangkan.
hahaa, betul aku memang egois.


Sekarang malah kupikir, tak perlulah kita memilih apakah wawasan itu baik selebar lautan tapi dangkal atau sekecil bubun (sumur) tapi dalam. Yang kita timbang, sejernih apakah pengetahuan kita itu, apakah suci itu jernih atau memang tak ada. Tak usah dijawab, karena hanya untuk dipikirkan.


bpm, 02.06