Banyak yang memulainya dari keraguan.
Dari tempo yang berulang saya banyak
berpikir tentang kematian.
Sebuah akhir rahasia yang tak
akan pernah ku tau jawabnya..
Saya mencoba memikirkan hal yang
paling tak ku ingini.
Berpikir bagaimana posisi diriku
ketika kematian menghampiri.
Kemana lagi kosmologi pikiran
yang seperti biasanya?
Kemudian apakah dunia berlanjut
ketika kepastian mendekatiku, yakni kematian?
Sangat menyakitkan, ketika saya
mencoba mengingkari eksistensi diriku.
Sungguh meyayat perasaan, ketika
tahu bahwa pikiran ini akan hilang, dunia ini akan lenyap dalam satu parameter
waktu yang tak diketahui kapan tiba.
Lantas ketakutan menghampiri,
takut untuk mati ketika kematian itu belum diterima sebagai kepastian, sebuah
kebenaran yang dimana kala ini hanya dianggap sederet kata bahasa saja.
Terkadang ketika semakin dekat,
dalam kontemplasi panjang, segala sesuatu yang bermateri malah menjauh, seakan
tak lagi kupijaki dunia yang sangat indah ini. Saya tidak ingin berkata bahwa saya
lelah memikirkan ini kemudian menyerah begitu saja.
Saya yakin bahwa pemikiran
seperti ini sudah berusia dimana sejarah umat manusia itu ada. Namun saya tak
puas dengan segala penjelasan buku dan cerita orang pengalaman. Pemikiran ini
terus mengangguku, semakin jauh dan itu semakin nyata. Sangat jauh, mencari pintu
rumah sang penguasa atas segala jawaban keresahan.
Namun, disaat saya semakin
tenggelam didalam kalutnya pemikiran ini, seolah-olah ada energi positif yang
terus bersinar diantara gelapnya badai pemikiran itu.
Bahwa aku ada..
Bahwa hidup, mestilah diperjuangkan..
Jika tidak, maka sebenarnya kita
inilah hanyalah mimpi2 yang indah dari sang mahakarya pembuat zaman. Lebih
jauhnya, bahwa kita berusaha mencari jawaban dari sang pemilik rahasia.
Menelusuri segala kitab, mencari petuah sang bijak, berayun dalam keterbatasan
pemikiran-pemikiran yang sungguh liar. Ketika getaran-getaran asa tumbuh di
ketandusan rasa di lini masa.
Pintu rumah itu kini kutemukan,
dengan segala kesanggupan kini kugedor lantang pintu rumah itu.
Lantas, apakah ada jawaban?
Atau, sebenarnya sedari dulu
pintu ini telah kugedor lancang dari dalam???
Bahwa hidup, adalah keseimbangan..
Saya menyerah, ketika sadar dan
telak menerima bahwa segala sesuatunya seimbang. Galaksi, putaran planet,
system tata surya, adalah keseimbangan yang membantu kehidupan. Gempa bumi,
tanah longsor, abrasi pantai, pemanasan global, dan berbagai fakta alamiah
lainnya menunjukkan keseimbangan yang nyata. Revolusi, reformasi, Negara,
masyarakat, segala bentuk paham dan sekte pemikiran adalah cara-cara manusia
mempertahankan keseimbangan.
Malahan saya ini, kamu itu,
adalah bagian yang lebih kecil, sangat kecil, dari partikel debu semesta. Kita
hanya perlu menyadarinya. Dan terlebih daripada itu, tulisan ini hanyalah
karangan belaka. Sebuah asa yang bertumbuh dari waktu ke waktu. Sebuah rasa
yang bahkan bisa melebihi dari luasnya dunia ini.
Lalu kuseruput lagi kopi dingin
tadi malam.
Matahari sore ini begitu hangat,
So, don’t panic, just do it !!!
Minggu, 21 September 2014
16.50 WITA