Translate

Minggu, 02 Juli 2017

Inninnawa SabbaraE (lirik lagu) arans. H. Sibenteng

Dua toto ku po toto..

Dua toto kasi ku po toto..

Tuo ka asi-asi 

Kasi cenning ati

Nabeu malolo na beu malolo


Peddi'pale to beue

Paddi'pale kasi to beue

Malasa tenri tungka

Kasi cenning ati

Mate tenri walung

Mate tenri walung 


Riwalung si daunģ utti..

Riwalung si kasi' daun utti..

Rilemma gengka uttu'..

Kasi cenning ati, nakaE si bawi..

NakaE si bawi..


Engka si na sesa bawi

Engka si kasi na sesa bawi

Ripari timpo2

Na anre si bebbu


Engka si nasesa bebbu

Engka si kasi nasesa bebbu

Ripari pala lima

Kasi cenning ati

Na iri'si anging



catatan :

Lagu ini kami kenal sewaktu menjadi siswa mata pelajaran kesenian yang diasuh Bapak alm. H. Sibenteng.. saya sendiri kurang begitu ingat dengan judul dan semua liriknya, namun sewaktu kami membahas sesama alumni SMA di Palopo, akhirnya lirik lagu ini terkumpul. Lagu ini kami tak tahu pasti asalnya dari mana, tapi Bpk. Sibenteng selalu menyanyikannya ketika mendeklamasikan cara melagu dengan baik. sebuah lagu tentang kesedihan orang yang tak berpunya. Mungkin saja lagu ini aransemen beliau, karena syair lagunya agak sama dengan lagu Inninawa SabbaraE versi bugis bagian selatan. 


Credit to : alm. H. Sibenteng

A. Besse Rune Tompo

Rabu, 16 November 2016

Pendemo

Kuyakin para pendemo itu jg manusia biasa..
Penyuka senja,
pembenci macet,
bergeming menyaksikan kelabu pagi kota,
atau senang berkelakar bercerita anekdot perjalanan...

Kuyakin mereka senang benar mendaki gunung,
menyusuri pulau2,
diskusi sampai larut,
berdebat tiada henti,
terkadang jg pacaran di kafe-kafe..

Seolah-olah itu adalah latihan stamina mereka ketika nantinya berhadapan dengan alat2 keji para penguasa..

Yang tak perduli rakyat mana yang mau dibela,
tak peduli walau dijalan meregang nyawa..

panjang umur perjuangan..



Tamalanrea, 13 November 2014
Saat demonstrasi kenaikan harga bbm di era kepemimpinan Presiden Jokowi

Selasa, 25 Oktober 2016

Oh, selamat ulang tahun diriku..

Mendengarkan lagu-lagu Sigur Ros seperti berada di lain dunia.. Aku sama sekali tak paham liriknya, tapi bahasa musik itu universal, setiap lonjakan nadanya mengantarkan ke terjemahan perasaan yang sangat mendalam. Aku seolah tak menginjak bumi, ragaku melayang melintasi dimensi waktu. Aku terasa dekat dengan kematian..

Perjalanan. Aku selalu tertegun dengan menggali peristiwa masa lalu. Sebisa mungkin kuingat siapa diriku saat ini. Resultan dari keputusan-keputusan yang telah kutempuh dimasa lalu, adalah benang-benang rumit yang membentuk pribadiku kini. Keberuntungan dan perjuangan, aku sungguh muda untuk sekedar bernoslgia. Karena perihal kematian satu-satunya kepastian yang belum bisa kuterima. Akankan dunia seketika lenyap dalam kenangan terakhirku, seperti kehilangan visual ketika mematikan layar televisi. Akan bergumul pada satu titik tengah cahaya kehidupan. Akankah aku yg menelan dunia, atau justru sebaliknya. Rasioku tak berjalan, tak ada hal yang bisa dibandingkan. Satu-satunya yang kupunya, bahwa kematian menopang kehidupan di timbangan di sebelahnya. Tak kalah pahitnya, aku mungkin akan dilupakan, hilang dalam peradaban, dan di warung kopi orang-orang akan terus tertawa, seperti biasanya..

Gelisah ini sudah membiru bertahun lamanya, kuputuskan melakukan perjalanan demi perjalanan, melihat rupa semesta dari dekat, menjumpa kekayaan pemikiran dari tiap manusia-manusia didalamnya. Tapi perjalanan itu menghauskan, semakin dikecap semakin  candu. Aku hanya teralihkan, jawabannya semakin menjauh. Aku juga diseret pada rel kereta kekinian, seolah patuh akan hegemoni pemikiran dalam skema yang lebih besar. Aku dianiaya, rasa inginku dikuasai, kebebasan dalam aksara pun terjajah.

Apa sudah terlalu lambat mencari hakekat, lalu aku akan menjual diri demi keberadaan semu di jaman yang pucat pasi ini. Jaman dimana mimpi besar itu seolah diawasi, semua pasti meragukanmu. 

Petrichor malam ini menggiringku ke perdebatan klasik dalam kontemplasi panjangku. Jalan pedangku masih belum kupilih, tanganku belum kusayat merasakan amisnya darahku.. Rahasia ini akan terus menjadi misteri di sisa umurku, sungguh celaka jika tua nanti baru kusadar akan jawabnya. Dikesadaran tertinggiku, aku tak ada didalam rumah yang dimaksud, seperti kata perenung kebanyakan, bagaimana mungkin kau mengetik pintu dari dalam rumah? 

Oh, selamat ulang tahun buatku. Usia duniaku berkurang, aku semakin lambat dalam memahamimu. Tulisan ini adalah kado istimewa, sebagai upaya membuatmu paripurna.. :)


Hujan mulai turun, di penghujung Oktober ini..