Translate

Kamis, 09 Januari 2014

#SparklingMB ; LARANTUKA - FLORES TIMUR

Aku inginkan saja hidupku tanpa batas..
Berpikir dan berkehendak bebas..
Dan berharap kutemui diriku dalam setiap perjalanan...

Banyak yang tidak begitu mengenal Nusa Tenggara, sebagai orang yang jarang nonton berita, mengenalnya pun karena pemberitaan media soal daerah timur yang sering kekurangan gizi. Awalnya iseng ikut gathering even Makassar Backpacker, Sparkling Fireflies : Jelajah Nusa Tenggara Timur - Nusa Tenggara Barat, tapi akhirnya beneran saya adalah bagian dari 15 peserta (awalnya konfirmasi 19 orang) kegiatan yg ber-hastag #SparklingMB ini. Setelah mendengarkan seperti apa perencanaan dari leader kegiatan kak Yanthi Idar, proses pra-kegiatan pun dimulai; pencarian dana, browsing destinasi dan perkenalan sesama anggota tim. Peminat semakin bertambah, namun menjelang sebaliknya, ada juga yang membatalkan diri ikut karena cuaca ekstrim disebabkan musim angin barat (bahkan menurut informasi, ada peringatan buat kapal2 yang melintas di perairan Nusa Tenggara).

Hari yang direncanakan telah tiba. Destinasi dipersempit karena batasan biaya (estimasi 700rb) dan waktu ( 28 Desember 2013 - 6 Januari 2014) yakni dari Larantuka ; Flores Timur - Pulau Komodo ; Nusa Tenggara Timur bagian Barat. Tulisan ini sebagian besarnya adalah catatan perjalanan, begitu banyak situs wisata yang tidak sempat di-eksplore.


  • LARANTUKA - FLORES TIMUR
Naik kapal Pelni dari pelabuhan Makassar ke Larantuka via KM. Sirimau membutuhkan waktu 26 jam. Yah, namanya juga backpacker, memanfaatkan potensi diri untuk meminimalkan pengeluaran dan mengefektifkan tujuan situs wisata yang ingin dicapai. Padahal bandar udara ada di kota ini!.. Senja mengantarkan tim #SparklingMB menuju daratan Flores, kapal memasuki kawasan teluk, lampu kota Larantuka mulai terlihat dari kejauhan. Waktu menunjukkan pukul tujuh malam kala KM. Sirimau bersandar di pelabuhan Larantuka.Seperti situasi pelabuhan pada umumnya, desakan dan desahan penumpang, penjemput dan buruh pelabuhan begitu mudah dicitrakan indera.

Menyaksikan bocah Flores bermain bola didepan rumah tempat tim menginap adalah pemandangan baru. Rambut keriting, potongan wajah yang hampir mirip semua (hhe), tampang pemalu namun energik. Saya pribadi iri melihat permainan individu mereka, bisa dipastikan tim saya kalah jika bertanding dengan bocah-bocah itu. Namun ada yang unik dari permainan sepakbola itu, bola dianggap 'gol' apabila terkena tiang atau mistar gawang. Lain dari biasanya kan?? Yah, suasana keakraban mulai terasa, sebelum melanjutkan perjalanan, tim menyempatkan diri berfoto dengan bocah pesepakbola di Goang Girak Arena lembah gunung Ile Mandiri Larantuka. Saya pun optimis, jika bocah-bocah ini adalah energi sepakbola negeri di masa yang akan datang. :)



Larantuka adalah kawasan religius umat Katolik. Landmark tempat ini pun kebanyakan ikon-ikon religi, seperti Gereja Kathedral, Patung Mater Dolorosa di kawasan Taman Doa, di perjalanan kami pun menyaksikan ada Patung Yesus di sebuah pulau tak jauh dari pantai, dan mengarah ke terminal kota di simpang tiga juga terdapat patung bunda Maria. Seperti yang terlihat, Larantuka adalah kawasan pesisir, menurut saya sistem tata kota cukup baik, pengelolaan ruang terbuka hijau juga nampak. Disepanjang pantai kearah menuju keluar kota taman-taman dikelola dengan baik, rumputnya menghijau, pohonnya tertata, marka jalannya jelas dan baru. Namun yang tidak mengenakkan hati sebagai pendatang adalah sulit beradaptasi dengan dialek Flores, kadang emosi memuncak karena warga memanggil seperti meneriaki pencuri. Manalagi Nong (panggilan buat pemuda pria) sering menarik perhatian dengan dobel gas motor, tampang preman-lah, haha kalah bersaing saya. Psikologi jelas terganggu. Tapi inilah tantangan buat tim #SparklingMB , beradaptasi dengan dialek dan tata kehidupan masyarakat Flores.




Taman Doa MATER DOLOROSA adalah situs yang menjadi persinggahan tim sebelum melanjutkan perjalanan ke Maumere, ibukota Kabupaten Sikka. Situasi taman doa itu bersih dan terawat, lilin bekas peribadatan juga masih berbekas di setiap pos taman doa. Situs ini kelihatannya seperti ibadah berkelanjutan, ada 11 pos ibadah, kemudian ada patung Yesus tersalib, sesudahnya ada patung Mater Dolorosa, diseberang ada Gereja. Karena saya muslim dan pada saat itu tidak ada warga yang bisa dimintai informasi, saya hanya menganalogikan seperti pendakian gunung; ada pos yang harus dilewati dan ada puncak yang ingin dikunjungi. Di setiap Pos taman doa, terdapat gambar atau lukisan bertinta emas yang menggambarkan perjalanan kehidupan Yesus. Puncaknya ada di patung Yesus dan Mater Dolorosa. Bahkan disekitar patung Mater Dolorosa ada semacam lubang khusus yang dibuat dengan tujuan tertentu. Wah, keren!. Saya yakin, di setiap perayaan-perayaan umat Kristiani tempat ini memegang peranan penting sebagai sarana peribadatan warga kota Larantuka. Yah, saya hanya membayangkan kesakralan tempat ini dipenuhi cahaya lilin dan orang-orang berdoa seperti sedang melakukan sebuah perjalanan.

Tim akhirnya memperoleh tumpangan pick-up ke Terminal luar kota Larantuka, sambil menunggu tumpangan selanjutnya dengan metode hitchhiking, hujan mulai turun. Untungnya ada warung makan disekitar jalan poros itu, maklumlah, makanan halal dan murah adalah barang langka di pulau ini. Tumblr diisi penuh, mantel dikeluarkan, pokoknya harus sampai ke Maumere hari ini juga. Untuk mengefektifkan tumpangan, tim dibagi menjadi tiga. Hal ini harus dilakukan, mengingat jumlah peserta ada 15 orang. Kecemasan mulai melanda, suasana hari natal dan menjelang tahun baru ternyata  berpengaruh terhadap lalu lintas antar kota. Supir kebanyakan libur. Sembari menunggu truk atau pick-up kosong yang ingin memberikan tumpangan, mengakrabkan diri dengan warga adalah jalan untuk memperoleh petunjuk dan informasi yang dibutuhkan. Dan benar saja, salah seorang warga bersedia membantu menghubungi temannya, supir truk yang bisa mengantarkan sekitar 20km menuju perbatasan kota. Cek per cek, ternyata warga tadi adalah lulusan perguruan tinggi di Makassar, hahaa, serasa ada ikatan karena beliau pernah juga berstatus perantau pendidikan. Truk dinanti akhirnya tiba, setelah pamitan kepada beliau yang sedikit banyaknya ada kemiripan dengan ketua KPK, Abraham Samad, perjalanan dilanjutkan dengan truk pengangkut pasir menuju perbatasan Larantuka - Maumere.

Siapa yang mengira, ternyata tim kecil kedua berada 1 km didepan dan belum memperoleh tumpangan. Truk berhenti memungut tim kedua tadi (kita akan mulai akrab dengan kata memungut, di catatan perjalanan ini -hehe). Aroma petualangan semakin terasa, disuguhi pemandangan teluk dan pulau-pulau yang bertaburan, buah jambu mete yang mulai ranum dengan mudahnya kita temukan disepanjang jalan. Ada sensasi tersendiri, disaat semua paradigma masyarakat bahwa tidak ada sesuatu yang gratis, mulai saat ini kalian boleh tidak percaya. Bersahabatlah dengan alam, berbaurlah dengan masyarakat. Pelajari adat istiadat. Nusantara yang agung, aku membelai-mu..



Thanks to :
- Penjawab segala keraguan, pemilik segala kebenaran, penguasa segalanya - Allah SWT
- @mksbackpacker
- Floresian, tekhusus temannya kak Yanti..
- all crew #SparklingMB - Eksplore the Extraordinary FLORES

- gambar tambahan bisa diakses di www.instagram.com/aldjapari gunakan hastag #visitFlores #SparklingMB
- info > @KotaLarantuka
- cerita lainnya bisa diakses di blog Om RON :)

(tulisan ini dibuat tanpa googling, mohon maaf jika ada perbedaan pandangan, kesalahan subjektif penulis)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar