Segala sesuatu, pasti punya penjelasan.bisa kita mulai dari Air
yang bergerak sampai kenapa benda itu melayang. Dari yang bentuknya fisik
sampai metafisik, mulai dari definisi sampai makna kiasan, ungkapan atau idiom.
Dan yang selalu menarik untuk diceritakan adalah soal rasa, karena memang orang
lebih senang bercerita tentang dirinya ketimbang mendengarkan keluhan orang lain,
karena begitulah kita manusia butuh apresiasi,butuh perhatian. Dan mungkin
alasan itulah ilmu psikologi semakin diminati saat ini, karena robot tak bisa
menjelaskan perasaan.
Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah,
Aada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di wiraza,
Ttapi aku ingin menghabiskan waktu ku disisi mu sayang ku….
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mandala wangi..
..... (masih tentang dalamnya samudra pikiran Soe Hok Gie)
Berbicara hakikat bukanlah soal yang penting, darimana
semuanya berasal, menurutku, seperti itulah paradigma publik di jaman maya ini.
Lebih mementingkan citra ketimbang substansi. Jaman hidup barbar jilid
globalisasi telah lahir. Sedikit waktu untuk membicarakan “kita” atau tentang “mereka”
yang perlu kita perhatikan. Sedikit benar, pria-pria kita dibesarkan oleh game,
sedangkan para wanitanya sibuk ber-korea-grafi, sinetron jadi patron gaya,
keduanya melupakan seperti apa keringat itu sebenarnya. Substansi masih bisa diperdebatkan,
tapi jangan sampai kata yang mencari makna.
Segumpal script tadi
terpajang di kelabat2 terang dikepalaku.
Belum lagi kita membahas, seperti apa sesuatu yang bersyarat
itu, atau dalam pengertian lain ‘yang menginginkan’, atau juga bisa disebut ‘ungkapan
kodrati’, atau dalam script lain juga disebut ‘persaudaraan’..
Semua masih bisa diperdebatkan.. (asal tidak ada justifikasi
kalau tidak ada pengertian sempurna mengenai hal itu, dan kita hindari kesan mendikte)..
Dan kita mengulangi perdebatan klasik 2500 tahun yang
lalu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar