Mencerdaskan
kehidupan bangsa. Cita-cita negeri ini yang termuat dalam pembukaan
undang-undang tertinggi di negara ini, 67 tahun telah diupayakan secara sadar
dan terorganisir demi kemajuan serta kesejahteraan masyarakat Indonesia itu
sendiri. Berbagai model telah dituangkan dan dijalankan dalam fase-fase
perjalanan pendidikan selama ini, dan juga telah melahirkan generasi-generasi
yang tentu hasilnya seperti saat ini.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (ketentuan umum : UU No. 12
Tahun 2012).
Hingga akhirnya, kita melihat dan
meneropong kedepan, dengan sebuah pertanyaan pragmatis, diarahkan kemana
mahasiswa nantinya?
1.
Peneliti
2.
Robot-Robot Penghasil Uang
3.
Iron Stock
4.
Penindas-Penindas Baru
Usaha sadar dan terencana
tersebut seharusnya berbanding lurus dengan segala aspek-aspek penunjang untuk
mencapai hakikat pendidikan tinggi. Mental-mental pendidik yang tak sadar akan
kemunduran pendidikan, dan segala bentuk aktifitas yang monoton tentu akan
memperburuk pola pengembangan pendidikan saat ini. Potret ini bagaikan fenomena
gunung es dilautan, disamping berbagai macam problematika pendidikan saat ini.
Memajukan sosial dan etika pendidikan juga harus betul-betul dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab intelektualitas.
Padahal seharusnya, mahasiswa itu
adalah calon-calon pemimpin bangsa dimasa yang akan datang. Calon-calon ilmuan
yang mengangkat harkat dan martabat bangsa, atau pendobrak-pendobrak kemajuan
pembangunan dengan ide-ide kreatif, atau dengan gaya-gaya yang elegan. Bukan
sarjana yang kesana-kemari menenteng map besar, lusuh dan tebal, mencari
pekerjaan sekian tahun lamanya, ditolak karena tak punya keahlian keilmuan,
atau dipecat karena tak punya mental baja dan semangat pembaharuan. Bukan pula
sarjana yang selalu mengemis dihadapan pejabat, opurtunis, menggadaikan
idealisme dengan uang, atau menindas masyarakat kecil untuk birahi.
Bukan saya yang akan menjawab,
tapi kita yang harus sadar dan terus belajar, dari teori, pengalaman dan perbuatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar