Translate

Sabtu, 08 Desember 2012

Bu(d)aya Zaman ; Hari Anti Korupsi



_aLdjapari­_

"Jika sungai terakhir sudah mengering,
 Jika pohon terakhir sudah ditebang,
 Maka barulah manusia sadar, bahwa uang tidak bisa dimakan"

Dengan sedikit kegelisahan, tentang banyaknya pergeseran-pergeseran (menurutku) nilai sosio-kultural;kearifan lokal yang berlaku di masyarakat kini, tentang sesuatu yang akrab disapa "westernisasi-modernisasi" yang kemarin dikuliahkan Bang Anhar Gonggong, dan tentang gambaran masa  depan budaya dalam mengawal sistem pendidikan maupun pemerintahan.

Adanya dikotomi tentang definisi budaya selalu menjadi pembicaraan yang tak basi, oleh dramatikus, sejarawan, ahli budaya klasik sampai kontemporer, akademisi, pemerhati, maupun tetua adat juga angkat bicara. Tentu dengan alasan yang sama, sebuah kegelisahan hati, ingin mengktritik kacaunya tatanan hidup sosial masyarakat yang apatis dan sebenarnya tidak 'lugu', tapi lebih pantas dikatakan 'munafik'.

Sapa yang sangkal, bahwa budaya pop saat ini menjadi sebuah soft power bagi suatu negara. Sebut saja, Jepang dengan Manga dan Anime-nya, Korea dengan drama film dan musikal-nya, Eropa dan Yunani (sejak dulu) dengan pesta Mitologi-nya dan masih banyak dominasi budaya adopsi dari negara lain, menyingkirkan dominasi budaya inlander. Soft power ini bahkan menjadi trend, mode bahkan lifestyle yang kemudian kita kenal dengan istilah westernisasi, sekulerisasi, atau moderniasi.

Praktisnya, kita juga mengenal beberapa sederet istilah mengenai teori-teori kebudayaan. Seperti; Pop Culture, Youth Culture, Trend, Fashion, Enjokosai Menurut hematku, identitas kebudayaan kini mulai absurd. Segudang teori tak mampu memuaskan krisis fundamental dewasa ini. Miskinnya integritas personal tentu berbanding lurus dengan karakter kebangsaan. Dan kadang kita hanya mampu berkata , dengan lantang, “hey Kawan, zaman ini milik kita, gaya kita adalah budaya kita, mari kita warnai zaman ini dengan kuas-kuas kita sendiri (dengan kanvas pragmatisme tentunya)”. Atau senada dengan kaum Epicurean ribuan tahun silam, yang katanya, “Orang Asing, disini kalian akan hidup senang, disini, kenikmatan adalah kebaikan tertinggi”.  Dan kita akan terus terbelakang, sistem ekonomi yang dibanggakan padahal rating global sistem pendidikannya juara dari belakang.




Ekspektasi dari sebuah kegelisahan hati.
Melihat negeri ini nyaman.
Lautnya, gunungnya, lansekap desanya, atau tentang keramahan kotanya.

Ekshibisi dari sebuah ambisi.
Membuat mereka yang terpinggirkan bisa tersenyum, seperti kita yang tiap pagi baca koran dan minum kopi.
Pancasila, Kearifan Lokal, Norma, Traktat, atau yang lebih kecil, Sapaan tetangga.
Apakah kita hanya mengeluh? atau berbuat mulai dari diri sendiri.
(yang kontras dari negeri ini, dan aku merindukannya)

#Selamat Hari Anti Korupsi

2 komentar: