(Tulisan ini sebagai syarat untuk mengikuti Pembinaan Mahasiswa Sipil XXIII, Himpunan Mahasiswa Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Semester 1, Januari 2009)
Demonstrasi
adalah salah satu bentuk aspirasi mahasiswa kepada pemerintah atas kebijakan
yang telah dikeluarkan. Demonstrasi adalah langkah terakhir yang diambil
mahasiswa jika langkah-langkah sebelumnya menemui jalan buntu. Mengenai demonstrasi
ini, sangat banyak terjadi pro dan kontra baik itu di masyarakat maupun di
lingkungan mahasiswa itu sendiri. Ada banyak sudut pandang yang dipakai dalam
bentuk penyampaiannya, ada kalangan yang menganggap bahwa demonstrasi itu tidak
baik untuk dilakukan karena mengganggu ketertiban umum (masyarakat). Menurut
kalangan ini, demonstrasi pada hakekatnya adalah untuk memperjuangkan
kepentingan rakyat. Namun mengapa harus mengganggu masyarakat itu sendiri.
Menurut mereka, seharusnya proses demonstrasi itu berjalan dengan tertib dan
tenang.
Adapun
menurut pihak yang setuju dengan demonstrasi beralasan bahwa proses demonstrasi
itu mesti tidak berjalan dengan dan damai, intinya bagaimana mereka bisa
memperjuangkan hak-hak rakyat, lagipula menurut pihak yang setuju tersebut,
hanya sedikit masyarakat yang komplain dengan kegiatan tersebut apalagi
mahasiswa yang melakukannya. Dari sinilah muncul semacam kelompok yang Pro dan
kelompok yang Kontra dengan hal tersebut.
Selain
itu dari sudut pandang lain yang digunakan adalah dari segi banyaknya yang
jatuh korban dari setiap pelaksanaan kegiatan tersebut. Menurut pihak yang
kontra, setiap kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa pasti akan berakhir ricuh
atau paling tidak terjadi bentrok dengan petugas keamanan. Dan itu memang sudah
tidak bisa dipungkiri lagi. Setiap kegiatan demonstrasi akhirnya nanti aspirasi
tersebut tidak dapat diterima, maka akan terjadi kericuhan atau bentrok dengan
petugas kepolisian, dari bentuk kericuhan itulah yang tidak diketahui siapa yang
menyebabkan banyak korban dari yang luka ringan maupun yang luka parah.
Sekali
lagi menurut pihak yang setuju, bahwa semua kegiatan tersebut tidak ada
apa-apanya. Jatuhnya korban menunjukkan bahwa perjuangan yang mereka lakukan
sangat kuat dan keras. Dan menurutnya, mereka sudah siap dengan segala
konsekuensi yang akan terjadi ketika berlangsung proses demonstrasi. Mereka
rela berkorban demi memperjuangkan hak-hak rakyat. Mereka telah berjanji tidak akan menyesal jika suatu saat nanti
mereka sendiri yang akan menjadi korbannya. Menurut pemahaman mereka, mahasiswa
adala agen of control ( agen untuk perubahan). Jadi mereka harus serius ddan
bersungguh-sungguh untuk memperjuangkan hak-hak rakyat agar tidak menderita
akhirnya. Dan apa yang mereka lakukan itu benar adanya. Selain itu, menurut
mahasiswa yang pro dengan demonstrasi, selain sebagai agen pengubah, mereka
juga adalah sebagai seorang moral agen untuk sosial kontrol. Dengan cara apapun
mereka tetap akan memperjuangkan hak-hak rakyat dan tetap membela kaum lemah.
Banyak
mahasiswa yang lebih memilih untuk berdemonstrasi dibandingkan menempuh jalur
yang lainnya untuk menyampaikan aspirasinya. Hal ini dikarenakan jalur-jalur
penyampaian aspirasinya yang lain kadang tidak ditanggapi. Selain itu, jikapun
ditanggapi, mungkin apa yang disampaikan kepada pemerintah pusat. Sedangkan melalui
berdemonstrasi, apa yang diinginkan mahasiswa dan masyarakat bisa langsung
didengar dan diketahui oleh pemerintah meskipun belum tentu keinginannya
terkabul ataupun dijalankan. Mungkin hal ini direncanakan adanya median yang
berperan untuk menyampaikan informasi secara tepat dan suka untuk menanyakan
sesuatu yang panas-panas atau lagi hangat-hangat diperbincangkan.
Otomatis
secara tidak langsung mahasiswa tergantung oleh media meskipun yang timbul
dibenak masyarakat daerah lain adalah kesan yang tidak menyenangkan. Kesan yang
sering muncul adalah bahwa mahasiswa senang berbuat anarkis.
Yang kita
perlukan sekarang adalah bagaimana kita sebagai seorang mahasiswa mengubah pola
pikir masyarakat mengenai demonstrasi. Kita harus menanamkan dalam benak
masyarakat bahwa demonstrasi itu merupakan sesuatu peristiwa yang sakral. Karena
nasib rakyat adalah yang kita perjuangkan selama ini. Selain itu, kembali
kepada diri kita, kita juga harus mengetahui makna sebenarnya dari demonstrasi
tersebut. Dengan berpikir demikian maka tindakan-tindakan yang tidak perlu
seperti berbuat anarkis tadi bisa dihindari dan jatuhnya korban bisa
diminimalisir.
Oleh karena
itu, perlu dilakukan evaluasi setiap akan melakukan demonstrasi. Harus dilihat
keunggulan dan kesungguhan peserta/calon peserta demonstrasi, siapa tahu mereka
hanya ikut-ikutan tanpa mengetahui apa yang dipermasalahkan. Peserta demonstrasi
yang seperti ini bisa saja bertindak sebagai provokator atau menjadikannya
sebagai sebuah ajang belaka. Selain itu, kita juga harus mempunyai kerjasama
yang baik dengan pihak kepolisian atau pihak keamanan lainnya agar masalah
bentrok dapat terhindarkan juga.
Saya sendiri
juga setuju dengan adanya demonstrasi ini, mendukung setiap aktivitas mahasiswa
baik dipandang dari sudut manapun, karena mahasiswa adalah agen-agen masyarakat
yang bertanggungjawab walau kadang ada sedikit penyimpangan yang terjadi, namun
sesungguhnya mereka melakukan itu mempunyai satu tujuan, berdiri didepan
masyarakat. Apalagi dari sudut pandang demonstrasi ini, mahasiswa sesungguhnya
melakukannya karena cara itulah yang paling cocok. Kalau menurut pandangan
orang masih ada jalan dengan cara berdiplomasi dengan anggota DPR atau bahkan
langsung dengan petinggi negara, itu merupakan bagian mahasiswa. karena dengan berdemonstrasi
aspirasi tersebut bisa didengar langsung melalui media informasi seperti TV
atau Radio. Hal ini juga kadang dianggap salah melalui pemahaman teman-teman
mahasiswa. Bahwa untuk mengundang media datang meliput kegiatan demonstrasi
mereka maka melakukan suatu tindakan anarkis agar mudah media meliputnya,
apalagi saat-saat ini media juga mengejar rating, artinya sesuatu yang menonjol
di masyarakatlah yang diliputi.
Melalui
jalur diplomasi tadi mahasiswa tidak sanggup karena pasti akan menemui banyak
kendala. Karena belum tentu orang yang kita temui bersedia untuk menemui dan
kalaupun bersedia untuk menemui belum tentu apa yang mahasiswa dan rakyat
diharapkan didengar. Istilahnya masuk telinga kiri tapi keluar di telinga
kanan.
Namun apapun
tindakan kita harus bisa dipertanggungjawabkan. Setiap tindakan dan perbuatan
akan memberikan konsekuensi tersendiri bagi pelaku tindakan tersebut. Mengenai teman-teman
mahasiswa yang tidak bisa ikut kegiatan demonstrasi belum tentu mereka setuju
apa dengan apa yang diperintahkan. Kembali lagi pada hakekat manusia sebagai
agen of social control dan agen of moral force, mungkin saja apa yang mereka
lakukan bukan dalam bentuk berdemonstrasi melainkan dalam bentuk perjuangan
yang lain, tetapi kembali lagi rela berkorban dengan rakyat. Intinya disini,
lakukanlah apa yang menurutmu benar dan tetap mempertanggungjawabkan apa yang
kita lakukan. Jangan pernah lari setiap masalah yang timbul akibat perbuatan
kita. Kita yang berbuat maka kita pula yang mempertanggungjawabkan.
Apalalagi
kita sebagai anak Teknik, tetap harus memaju dan mempunyai keberanian yang
ditunggu, mempunyai mental baja, bukan mental kerupuk. Jika apa yang kita
perbuat itu salah maka berusahalah untuk membuatnya benar dengan
merasionalisasikannya agar orang-orang disekitar mengerti, agar tak ada yang
salahpaham dan apa yang sama-sama kita mau dapat terwujud... SEKIAN..
akhirnya kesampaian, seperti harapan pada naifnya tulisan kala itu,
berdiri atas nama rakyat,
berdiri atas niat baik,
berdiri atas sesuatu yang lebih besar dari kita,
berdiri untuk tahu arti dari sebuah keringat,
berdiri untuk diri sendiri,
berdiri atas sebuah harapan untuk Perubahan.aL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar